3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru

Bertema.com – 3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru –

Pada kesempatan ini admin Bertema, akan berbagi informasi 3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru.

3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru. dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kecakapan Literasi dan numerasi peserta didik melalui proses pembelajaran,

yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan kehidupan dengan menggunakan sintesis informasi yang diperolehnya.

Kecakapan Literasi menjadi esensial pada abad ke-21 ini. Pada era teknologi ini, ketersediaan informasi memberikan ruang bagi tiap orang untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Namun, untuk dapat memanfaatkan informasi tersebut dengan baik, seseorang tentunya perlu menjadi ‘subjek’ atas informasi tersebut.

Dengan kata lain, ia perlu dapat memilih informasi yang baik dan bermanfaat secara kritis untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya.

Kecakapan berpikir kritis, kreatif, kemampuan berkomunikasi efektif serta bekerja secara kolaboratif menjadi tuntutan global dalam pendidikan.

Semua kecakapan ini perlu ditumbuhkan di kelas melalui strategi untuk meningkatkan kecakapan peserta didik dalam memaknai teks yang dibaca

serta untuk mengaitkan teks tersebu dengan pengalaman, teks lain yang pernah dibaca, dan permasalahan dunia di sekitarnya.

3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi - Wajib Dipahami Guru

3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru

Numerasi sering kali diartikan secara sempit sebagai keterampilan yang hanya melibatkan kecakapan dengan angka dan berhitung

menggunakan kertas dan pensil atau mencongak sehingga penggunaan kalkulator dianggap sebagai bukti seseorang tidak memiliki numerasi.

Namun, definisi “keterampilan dasar” dari numerasi semacam ini sudah ketinggalan zaman di dunia abad ke21 yang kaya akan data dan teknologi.

Baca Juga: Download Modul Literasi Bahasa Indonesia SMP

Numerasi, disebut juga literasi numerasi dan literasi matematika, dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep

dan keterampilan matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai ragam konteks kehidupan sehari-hari,

Misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara (Kemendikbud, 2017).

Selain itu, numerasi juga termasuk kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita

yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

Berdasarkan definisi di atas, numerasi merupakan kunci bagi peserta didik untuk mengakses dan memahami dunia

dan membekali peserta didik dengan kesadaran dan pemahaman tentang peran penting matematika di dunia modern.

Penekanan pada aplikasi dari matematika yang berhubungan dengan kehidupan memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri

untuk berpikir secara numerik, spasial, dan data untuk menafsirkan dan menganalisis secara kritis situasi sehari-hari dan untuk memecahkan masalah.

Baca Juga: Download Buku Bijak dan Kreatif dalam Bermedia Sosial

Menjadi numerat, yaitu memiliki keterampilan numerasi yang baik, melibatkan lebih dari sekadar menguasai matematika dasar saja,

tetapi dapat menghubungkan matematika yang dipelajari di sekolah dengan situasi di luar sekolah yang juga membutuhkan pemecahan masalah dan penilaian kritis dalam nonmatematika.

Model numerasi abad ke-21

Seorang numerat tentu membutuhkan pengetahuan matematika yang melingkupi konsep, keterampilan dan strategi pemecahan masalah, serta kemampuan untuk membuat taksiran.

Karena numerasi berhubungan dengan penggunaan matematika dalam dunia nyata, seseorang perlu menjadi numerat dalam beragam konteks.

Konteks merupakan aspek dari kehidupan seseorang di mana masalah ditempatkan.

Selain pengetahuan dan konteks, menjadi numerat juga berarti memiliki disposisi (atau sikap) yang positif,

yaitu kemauan dan kepercayaan diri ketika menyelesaikan permasalahan, baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan orang lain,

dan dengan luwes dan mudah beradaptasi menerapkan pengetahuan matematika yang dimilikinya.

Situasi numerasi sering kali membutuhkan alat, termasuk alat fisik, alat representasi, dan alat digital.

Oleh karena itu, keterampilan numerasi di abad ke-21 tentunya termasuk kefasihan dalam memilih dan menggunakan alat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dari masalah yang dihadapi.

Keempat dimensi di atas berlandaskan pada orientasi kritis yang menuntut seorang numerat bukan saja mengetahui dan menggunakan metode yang efisien,

namun juga menilai kelayakan dari hasil yang didapat dan menyadari kegunaan penalaran matematika untuk menganalisis situasi dan mengambil kesimpulan.

Baca Juga: Download Modul Numerasi Matematika SMP

Komponen AKM numerasi selain mencakup konten (bilangan, pengukuran dan geometri, data dan ketidakpastian, dan aljabar) juga melibatkan proses kognitif, yaitu pemahaman, penerapan, dan penalaran.

Peserta didik diharapkan memahami fakta, prosedur serta alat matematika yang dapat digunakan di dalam penyelesaian masalah.

Selain itu, mereka mampu menerapkan dan bernalar dengan konsep matematika dalam situasi nyata, baik yang bersifat rutin maupun nonrutin, dalam berbagai ragam konteks (personal, sosial budaya, dan saintifik).

Hasil AKM dilaporkan dalam empat kelompok yang menggambarkan kemampuan numerasi yang berbeda sebagai berikut (Kemendikbud, 2020).

1. Perlu Intervensi Khusus.

Seorang peserta didik yangmembutuhkan intervensi khusus adalah yang memiliki pengetahuan matematika yang terbatas. dan menunjukkan penguasaan konsep yang parsial, serta keterampilan komputasi yang terbatas.

2. Dasar.

Seorang peserta didik dengan tingkat kompetensi numerasi dasar adalah yang memiliki keterampilan dasar
matematika,

yaitu komputasi dasar dalam bentuk persamaanlangsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta
menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin.

3. Cakap.

Peserta didik dengan kompetensi numerasi cakapmemiliki kemampuan mengaplikasikan pengetahuan
matematika yang dimiliki dalam konteks yang lebihberagam.

4. Mahir.

Seorang peserta didik dengan kompetensi numerasimahir mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah
kompleks serta nonrutin berdasarkan konsep matematikayang dimilikinya.

3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru

Agar peserta didik menjadi numerat, penekanan harus diberikan kepada penalaran matematika sebagai aspek inti numerasi dan diejawantahkan melalui proses pemecahan masalah sebagai berikut:

1. Merumuskan (Formulate).

Pada tahap ini peserta didik berusaha mengenali aspek dari masalah kontekstual yang dapat diabstraksi dan disajikan ke dalam bentuk matematika untuk diselesaikan.

Mereka bernalar dan memahami batasan dan asumsi dalam masalah.

Proses merumuskan situasi secara matematis ini mencakup aktivitas antara lain sebagai berikut ini.

• Mengidentifikasi aspek matematika dari suatu masalah yang terletak dalam konteks kehidupan nyata dan mengidentifikasi variabel yang signifikan.

• Mengenali struktur matematika (termasuk keteraturan, hubungan dan pola) dalam masalah atau situasi.
• Menyederhanakan situasi atau masalah sehingga lebih mudah untuk dianalisis secara matematis.
• Mengidentifikasi kendala dan asumsi di balik pemecahan masalah matematika dan penyederhanaan yang diperoleh dari konteks.
• Merepresentasikan situasi matematis, menggunakan variabel, simbol, diagram dan model yang sesuai.
• Merepresentasi-kan masalah dengan cara yang berbeda, termasuk mengorganisir sesuai dengan konsep
matematika dan membuat asumsi yang sesuai.
• Memahami dan menjelaskan hubungan antara bahasa konteks dari suatu masalah dan bahasa simbolik dan
formal yang diperlukan untuk merepresentasikannya secara matematis.
• Menerjemahkan masalah ke dalam bahasa atau representasi matematika.

2. Mengerjakan (Employ).

Setelah merumuskan masalah dalam bentuk matematis, peserta didik mengaplikasikan konsep, fakta, prosedur dan penalaran matematika untuk menyelesaikan masalah untuk memperoleh hasil dan menemukan solusi matematika.

Proses penggunaan konsep matematika, fakta, prosedur, dan penalaran ini mencakup antara lain aktivitas berikut.

• Merancang dan menerapkan strategi untuk menemukan solusi matematika.
• Menggunakan alat matematika, termasuk teknologi, untuk membantu menemukan solusi yang tepat atau
perkiraan.
• Menerapkan fakta, aturan, algoritma, dan struktur matematika saat mencari solusi.
• Mengutak-atik angka, data dan informasi grafik dan statistik, ekspresi dan persamaan aljabar, dan representasi geometris.
• Menarik informasi dari diagram matematika dan grafik yang dibuat.
• Menggunakan dan mengubah dari satu representasi ke representasi yang lain dalam proses menemukan solusi.

• Membuat generalisasi berdasarkan hasil penerapan prosedur matematika untuk menemukan solusi.
• Mengevaluasi signifikansi pola dan keteraturan yang diamati (atau diusulkan) dalam data.

3. Menafsirkan dan Mengevaluasi (Interpret and Evaluate).

Pada tahap ini, peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan solusi matematika, hasil atau kesimpulan. dan menafsirkannya kembali ke konteks masalah kehidupan nyata yang memulai proses pemecahan masalah.

Ini melibatkan penerjemahan solusi matematika atau penalaran kembali ke dalam konteks masalah dan menentukan apakah hasilnya masuk akal dalam konteks masalah.

Proses menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil matematika ini mencakup aktivitas antara lain sebagai berikut.

• Menafsirkan hasil matematika kembali ke konteks dunia nyata.
• Mengevaluasi kewajaran solusi matematika dalam konteks masalah dunia nyata.
• Memahami bagaimana dunia nyata memengaruhi hasil dan perhitungan prosedur atau model matematika untuk membuat penilaian kontekstual tentang bagaimana hasil harus disesuaikan atau diterapkan.
• Menjelaskan mengapa hasil atau kesimpulan matematis masuk akal atau tidak masuk akal mengingat konteks masalah.
• Memahami jangkauan dan batasan konsep matematika dan solusi matematika.
• Mengkritik dan mengidentifikasi batasan model yang digunakan untuk memecahkan masalah.

Baca Juga: Panduan Penilaian SD Edisi Revisi – Wajib Dipahami Guru

Demikian informasi terkait 3 Proses Pemecahan Masalah Numerasi – Wajib Dipahami Guru. Semoga Bermanfaat.