Ciri-Ciri PjBL dan Implementasinya di Kelas

Bertema.com  – Ciri-Ciri PjBL dan Implementasinya di Kelas

Pendidikan di seluruh dunia sekarang ini berorientasi pada prinsip-prinsip belajar abad 21 yang terdiri dari 4C:

yaitu Collaboration (Kolaborasi), Critical thingking (berfikir kritis), creative thinking (berfikir kreatif), dan communication (berkomunikasi).

Materi sebagai salah satu perangkat pembelajaran terpenting harus disusun sedemikian rupa sehingga peserta didik dibimbing

untuk benar-benar memiliki pemahaman terhadap konsep dan unsur kebahasaan sebelum mereka mulai mengerjakan projek yang dirancang.

Dalam pembelajaran berbasis projek, pengembangan materi termasuk pengembangan RPP dapat dijadikan acuan oleh para guru dalam mengimplementasikan projek.

Selain itu dalam pembelajaran berbasis projek, ada proses pembelajaran yang melibatkan kegiatan mandiri, berpasangan, maupun berkelompok.

Juga terdapat ada kegiatan merencanakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi.

Ddengan demikian penanaman dasar-dasar pembelajaran sistematis yang melatih adanya suatu kerjasama yang efektif, curah pendapat, saling menghargai pendapat,

membuat perencanaan dan mengelola waktu, melakukan pembagian tugas, memiliki dan merencanakan target bersama, serta melakukan evaluasi terhadap keberhasilan belajar.

Ciri-Ciri PjBL dan Implementasinya di Kelas

Ciri-Ciri PjBL dan Implementasinya di Kelas

Pembelajaran berbasis projek memiliki 5 ciri, yaitu:

  1. centrality,
  2. driving question
  3. constructive investigation
  4. autonomy
  5. realism

Centrality adalah bahwa penggunaan PjBL harus berpusat pada kurikulum.

Pada saat menetapkan / memilih metode pembelajaran hendaknya diarahkan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan kurikulum dengan cara yang efektif dan bermakna.

Driving question melalui  PjBL akan membuat siswa menjadi kritis dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka mengembangkan rasa ingin tahunya dan berupaya untuk menemukan informasi baru.

Constructive investigation adalah kegiatan yang melibatkan siswa melakukan hal-hal positif yang bertujuan untuk mengembangkan belajarnya, dengan cara mencari sumber belajar.

Autonomy adalah proses belajar individual yang terjadi sebagai akibat belajar secara berkelompok dalam mengerjakan projek.

Sedangkan realism maksudnya adalah pembelajaran yang terbingkai dalam konteks kehidupan nyata. Project harus membat siswa belajar dalam konteks kehidupan nyata.

Baca Juga: Sintaks Model Project Based Learning dalam Pembelajaran

Implementasi PjBL di dalam kelas

Dalam implementasinya ada beberapa langkah dalam menggunakan pembelajaan berbasis projek di kelas.

1) PjBL diarahkan dengan pertanyaan yang menuntun siswa untuk menemukan melalui upaya dan strategi belajar yang jelas yang sesuai dengan konsep atau prinsip dari bidang studi/ mata pelajaran.

Oleh sebab itu projek harus didisain sedemikian rupa sehingga ada hubungan yang jelas antara kegiatan pengerjaan projek dengan konsep-konsep keilmuan atau bidang studi yang ingin dicapai.

Untuk bisa berjalan dengan baik, guru harus menyediakan pertanyaan yang benar-benar menuntun siswa (driving question) untuk bisa bekerja dengan baik.

Projek dalam PjBL mungkin juga dirancang seputar tema-tema yang dicakup dalam kurikulum atau melibatkan dua atau lebih bidang studi/mata pelajaran.

2) PjBL melibatkan siswa melakukan penelitian / investigasi yang konstruktif (contructive investigation).

Penelitian (investigasi) merupakan proses yang berorientasi pada tujuan yang jelas yang mencakup kegiatan:

  • mencari tahu (inquiry),
  • membuat keputusan (making decision),
  • memecahkan masalah (problem solving),
  • menemukan (discovery) dan
  • proses menyusun produk (model-building process).

Jadi inti PjBL adalah apabila kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya transformasi dan konstruksi pengetahuan pengetahuan (mendapat ilmu dan ketrampian baru).

3) Projek dalam PjBL merupakan inisiatif siswa (student-driven).

Projek yang dilakukan dalam PjBL tidak dapat diprediksi atau ditentukan oleh guru karena lebih mengutamakan pada otonomi siswa

dalam menentukan dan dengan penuh tanggung jawab melaksanakan dan menciptakan produk yang dipresentasikan di kelas maupun luar kelas.

4) Projek harus realistik, bukan hanya sekedar tugas kelas Projek memberi kesempatan kepada siswa untuk merasakan otentisitas (authencity) dari hasil karyanya.

Authenticity bisa mencakup topik, peran siswa dalam mengerjakan projek, kolaborasi antar siswa dalam kelompok, produk, kinerja, dan asesmen.

Melalui project peserta didik bekerja dalam kelompok dan saling berkolaborasi sehingga pilar pertama dalam belajar abad 21 bisa tercapai.

Selain itu mereka dituntun dengan pertanyaan dan mereka harus menginterpretasikan dan memahami pertanyaan-pertanyaan

dan selanjutkan menggunakan strategi yang tepat untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, dan ini sudah mengikuti pilar kedua yaitu kreativitas.

Selain itu mereka harus melakukan eksplorasi dan memilih informasi yang tepat dalam pengembangan project.

Dalam hal ini mereka menggunakan logical thinking secara intens sehingga mereka bisa membuat kebutusan bersama tentang project yang mereka kerjakan.

Sepanjang waktu mereka saling berdiskusi, saling berbagi, dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya (bahasa Inggris). Sehingga pilar keempat sudah tercapai, yaitu communication