Bertema.com – Ciri Khas Capaian Pembelajaran CP dan Contoh Pemanfaatan Fase-Fase CP.
Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan.
Namun demikian, CP tidak cukup konkret untuk memandu kegiatan pembelajaran sehari-hari.
CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih operasional dan konkret, yang dicapai satu persatu oleh peserta didik hingga mereka mencapai akhir fase.
Pendidik dapat:
(1) mengembangkan sepenuhnya alur tujuan pembelajaran dan/atau perencanaan pembelajaran,
(2) mengembangkan alur tujuan pembelajaran dan/atau rencana pembelajaran berdasarkan contoh-contoh yang disediakan pemerintah, atau
(3) menggunakan contoh yang disediakan. Pendidik menentukan pilihan tersebut berdasarkan kemampuan masing-masing.
Dalam Platform Merdeka Mengajar, pemerintah menyediakan contoh-contoh alur tujuan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang sering dikenal sebagai RPP, dan modul ajar.
Dengan kata lain, setiap pendidik perlu menggunakan alur tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran untuk memandu mereka mengajar; akan tetapi mereka tidak harus mengembangkannya sendiri.
Ciri Khas Capaian Pembelajaran CP dan Contoh Pemanfaatan Fase-Fase CP
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari fase fondasi pada PAUD.
Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut (fase).
Untuk mencapai garis finish, pemerintah membuatnya ke dalam enam etape yang disebut fase. Setiap fase lamanya 1-3 tahun.
Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan fase-fase Capaian Pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran:
1. Pembelajaran yang fleksibel.
Ada kalanya proses belajar berjalan lebih lambat pada suatu periode (misalnya, ketika pembelajaran di masa pandemi COVID-19) sehingga dibutuhkan waktu lebih panjang untuk mempelajari suatu konsep.
Ketika harus “menggeser” waktu untuk mengajarkan materi-materi pelajaran yang sudah dirancang, pendidik memiliki waktu lebih panjang untuk mengaturnya.
2. Pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta didik.
Fase belajar seorang peserta didik menunjukkan kompetensinya, sementara kelas menunjukkan kelompok (cohort) berdasarkan usianya.
Dengan demikian, ada kemungkinan peserta didik berada di kelas III SD. namun belajar materi pelajaran untuk Fase A (yang umumnya untuk kelas I dan II) karena ia belum tuntas mempelajarinya.
Hal ini berkaitan dengan mekanisme kenaikan kelas yang disampaikan dalam Bab VII (Mekanisme Kenaikan Kelas dan Kelulusan).
3. Pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif.
Satu fase biasanya lintas kelas, misalnya CP Fase D yang berlaku untuk Kelas VII, VIII, dan IX.
Saat merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, guru kelas VIII perlu berkolaborasi dengan guru kelas VII
untuk mendapatkan informasi tentang sampai mana proses belajar sudah ditempuh peserta didik di kelas VII.
Selanjutnya ia juga perlu berkolaborasi dengan guru kelas IX untuk menyampaikan bahwa rencana pembelajaran kelas VIII akan berakhir di suatu topik atau materi tertentu. sehingga guru kelas IX dapat merencanakan pembelajaran berdasarkan informasi tersebut.
Pengawas atau Kepala Sekolah dapat mendiskusikan dan mendukung proses belajar pendidik untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran.
Pada saat berdiskusi dengan pendidik, pengawas/penilik perlu fokus pada bagaimana proses perencanaan dilakukan, misalnya:
a. Apakah guru berkolaborasi lintas kelas sebagaimana yang dicontohkan di atas?
b. Apakah perencanaan di suatu kelas memperhatikan topik atau konsep yang sudah dikuasai peserta didik di kelas sebelumnya?
c. Apakah pendidik memperhatikan perkembangan peserta didik ketika merencanakan pembelajaran?
d. Apakah perencanaan pembelajaran memperhatikan perkembangan peserta didik dan kesinambungan proses pembelajaran antar kelas?
Untuk Pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran.
Tabel berikut ini memperlihatkan pembagian fase.
Fase | Kelas/Jenjang pada Umumnya |
Fondasi | PAUD |
A | Kelas I-II SD/MI |
B | Kelas III-IV SD/MI |
C | Kelas V-VI SD/MI |
D | Kelas VII-IX SMP/MTs |
E | Kelas X SMA/SMK/MA/MAK |
F | Kelas XI-XII SMA/MA/MAK
Kelas XI-XII SMK Program 3 tahun Kelas XI-XII SMK program 4 tahun |
Ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang kekhasan Capaian Pembelajaran CP sebelum memahami isi dari capaian untuk setiap mata pelajaran.
1. Dalam CP, kompetensi yang ingin dicapai ditulis dalam paragraf yang memadukan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau disposisi untuk belajar.
Sementara karakter dan kompetensi umum yang ingin dikembangkan dinyatakan dalam profil pelajar Pancasila secara terpisah.
Dengan dirangkaikan sebagai paragraf, ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik menjadi suatu rangkaian yang berkaitan.
2. CP dirancang dengan banyak merujuk kepada teori belajar Konstruktivisme dan pengembangan kurikulum dengan pendekatan “Understanding by Design” (UbD) yang dikembangkan oleh Wiggins & Tighe (2005).
Dalam kerangka teori ini, “memahami” merupakan kemampuan yang dibangun melalui proses dan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada mereka
untuk dapat menjelaskan, menginterpretasi dan mengaplikasikan informasi, menggunakan berbagai perspektif, dan berempati atas suatu fenomena.
Dengan demikian, pemahaman bukanlah suatu proses kognitif yang sederhana atau proses berpikir tingkat rendah.
Memang apabila merujuk pada Taksonomi Bloom, pemahaman dianggap sebagai proses berpikir tahap yang rendah (C2).
Namun demikian, konteks Taksonomi Bloom sebenarnya digunakan untuk perancangan pembelajaran dan asesmen kelas yang lebih operasional, bukan untuk CP yang lebih abstrak dan umum.
Taksonomi Bloom lebih sesuai digunakan untuk menurunkan/ menerjemahkan CP ke tujuan pembelajaran yang lebih konkret.
3. Naskah CP terdiri atas rasional, tujuan, karakteristik, dan capaian per fase.
Rasional menjelaskan alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut serta kaitannya dengan profil pelajar Pancasila.
Tujuan menjelaskan kemampuan atau kompetensi yang dituju setelah peserta didik mempelajari mata pelajaran tersebut secara keseluruhan.
Karakteristik menjelaskan apa yang dipelajari dalam mata pelajaran tersebut, elemen-elemen atau domain (strands) yang membentuk mata pelajaran dan berkembang dari fase ke fase.
Capaian per fase disampaikan dalam dua bentuk, yaitu secara keseluruhan dan capaian per fase untuk setiap elemen.
Oleh karena itu, penting untuk pendidik mempelajari CP untuk mata pelajarannya secara menyeluruh.
Memahami CP adalah langkah pertama yang sangat penting.
Setiap pendidik perlu familiar dengan apa yang perlu mereka ajarkan, terlepas dari apakah mereka akan mengembangkan kurikulum, alur tujuan pembelajaran, atau silabusnya sendiri atau tidak.
Ciri Khas Capaian Pembelajaran CP dan Contoh Pemanfaatan Fase-Fase CP
Beberapa contoh pertanyaan reflektif yang dapat digunakan untuk memandu guru dalam memahami CP, antara lain:
a. Kompetensi apa saja yang perlu dimiliki peserta didik untuk sampai di capaian pembelajaran akhir fase?
b. Kata-kata kunci apa yang penting dalam CP?
c. Apakah ada hal-hal yang sulit saya pahami?
d. Apakah capaian yang ditargetkan sudah biasa saya ajarkan?
Selain untuk mengenal lebih mendalam mata pelajaran yang diajarkan, memahami CP juga dapat memantik ide-ide pengembangan rancangan pembelajaran.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memantik ide:
a.Bagaimana capaian dalam fase ini akan dicapai anak didik?
b. Materi apa saja yang akan dipelajari dan seberapa luas serta mendalam?
c. Proses belajar seperti apa yang akan ditempuh peserta didik?
Beberapa catatan penting tentang CP untuk jenis/jenjang:
1. Pada PAUD,
CP bertujuan untuk memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan pada semua aspek perkembangan anak sehingga kompetensi pembelajaran yang diharapkan dicapai anak pada akhir PAUD dapat dipahami dengan jelas agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.
Lingkup CP di PAUD dikembangkan dari tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi dan merupakan elaborasi dari aspek-aspek perkembangan anak,
yaitu nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa; dan nilai Pancasila;
serta bidang-bidang lain untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan Abad 21 di Indonesia.
Tiga elemen stimulasi yang dimaksud, yaitu:
1) Nilai Agama dan Budi Pekerti;
2) Jati Diri; dan
3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni; diharapkan dapat mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan anak secara utuh dan tidak terpisah.
2. Pada SMK terdapat beberapa kekhasan.
Pendidik dapat melakukan analisis CP mata pelajaran kejuruan SMK bersama dengan mitra dunia kerja.
Pada jenjang SMK terdapat program empat tahun sebagaimana tercantum dalam daftar konsentrasi keahlian yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pada program empat tahun pembelajaran diselenggarakan hingga kelas XIII mata pelajaran yang diajarkan pada kelas XIII adalah: Matematika, Bahasa Inggris, dan Praktik Kerja Lapangan.
Capaian pembelajaran fase F berlaku pada pada mata pelajaran yang diajarkan hingga kelas XIII.
3. Pada Pendidikan Kesetaraan
Penyusunan alur tujuan pembelajaran memperhatikan alokasi waktu didasarkan pada pemetaan Satuan Kredit Kompetensi (SKK)
yang ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan bentuk pembelajaran tatap muka, tutorial, mandiri ataupun kombinasi secara proporsional dari ketiganya.
Capaian pembelajaran pada mata pelajaran kelompok umum, mata pelajaran pemberdayaan, dan mata pelajaran keterampilan mengacu pada capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Satuan pendidikan dapat mengembangkan capaian pembelajaran pada mata pelajaran keterampilan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, lingkungan belajar dan satuan pendidikan.
4. Pada Pendidikan Khusus
Pembagian fase didasarkan pada usia mental peserta didik.
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual, dapat menggunakan CP pendidikan khusus.
CP pada peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat dilakukan lintas fase dan lintas elemen, sesuai dengan kondisi, kemampuan, hambatan dan kebutuhan.
Sementara peserta didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.
Di bawah ini adalah rumusan fase capaian pembelajaran pada Pendidikan Khusus.
Fase | Jenjang/Kelas pada umumnya | Usia Mental |
A | Kelas I-II SD/MI | ≤ 7 tahun |
B | Kelas III-IV SD/MI | ± 8 tahun |
C | Kelas V-VI SD/MI | |
D | Kelas VII-IX SMP/MTs | ± 9 tahun |
E | Kelas X SMA/SMK/MA/MAK | ± 10 tahun |
F | Kelas XI-XII SMA/SMK/MA/MAK |
Demikian Ciri Khas Capaian Pembelajaran CP dan Contoh Pemanfaatan Fase-Fase CP, Semoga Bermanfaat.
Baca Juga:
1. Panduan Pembelajaran dan Asesmen PPA Kurikulum Merdeka PAUD-Dikdasmen Tahun 2022
2. Penilaian Proses Pembelajaran Berdasarkan Standar Proses Tahun 2022 – Wajib Dipahami Guru
3. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Standar Proses Tahun 2022 – Wajib Dipahami Guru
4. Prinsip Asesmen Kurikulum Merdeka dan Contoh Pelaksanaannya-Wajib Dipahami Guru
5. Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka dan Contoh Pelaksanaannya-Wajib Dipahami Guru
Sumber: Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah – Kemendikburistek