Konsep Kepemimpinan Spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah

Bertema.com – Konsep Kepemimpinan Spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah.

Kepemimpinan sekolah yang efektif bergantung pada teori kepemimpinan yang diyakini oleh kepala sekolah.

Karena tidak ada teori kepemimpinan yang sempurna, maka seorang kepala sekolah harus memilih atau bahkan menggunakan beberapa teori yang tepat.

Perlu disadari oleh kepala sekolah bahwa efektifitas teori kepemimpinan yang Ia terapkan pada satu sekolah, belum tentu cocok untuk sekolah lainnya.

Hal ini terjadi karena adanya perbedaan karakteristik, norma, nilai dan bahkan iklim organisasi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah.

Beberapa teori kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1) Kepemimpinan Transaksional,

(2) Kepemimpinan Transformational,

(3) Kepemimpinan Spiritual,

(4) Kepemimpinan Pembelajaran, dan

(5) Kepemimpinan Kewirausahaan.

Atas dasar pandangan teoritik banyak definisi kepemimpinan, namun kata “pengaruh” menjadi kunci dalam mendefiniskan kepemimpinan.

Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan keinginannnya.

Bilamana kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan meraih posisi, bukan kemampuan mendapatkan pengikut,

maka ia akan mengejar posisi, pangkat dan gelar dan begitu tercapai ia merasa menjadi pemimpin.

Cara berfikir yang demikian menurutnya menimbulkan dua masalah umum yaitu:

(1) Mereka seringkali frustrasi karena tidak memiliki pengikut; dan

(2) Mereka yang tidak memiliki gelar (pengetahuan memimpin) yang benar mereka merasa dirinya bukan pemimpin.

Dengan demikian kinerja kepala sekolah berkontribusi dalam perkembangan sekolah utamanya peningkatan prestasi akademik siswa-siswanya.

Terlepas dari pandangan teori mana yang paling efektif untuk diaplikasikan.

Bilamana kepala sekolah dalam kepemimpinananya mampu mempengaruhi bawahanya, sehingga bawahnnya mengikutinya untuk mencapai visi sekolah.

Maka dapat dikatakan bahwa kepala sekolah tersebut efektif.

Di samping itu, Kepala sekolah/madrasah selain menjadi seorang pemimpin mereka juga sebagai manager.

Oleh karenanya kepala sekolah akan selalu berperan dan berfungsi sebagai seorang leadership (pemimpin) dan juga seorang manajer.

Namun pada kesempatan ini admin akan memberikan ulasan terkait Konsep Kepemimpinan Spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah.

Konsep Kepemimpinan spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah

Fry (2003) mendefinisikan spiritualitas kepemimpinan sebagai penggabungan nilai, sikap, dan perilaku yang diperlukan

untuk memotivasi diri dan orang lain secara intrinsik sehingga mereka memiliki kepemimpinan spiritual sebagai panggilan tugas.

Menurutnya, kepemimpinan spiritual meliputi tugas:

(1) menciptakan suatu visi yang setiap anggota dalam organisasi memiliki rasa terpanggil untuk memberi makna dan perbedaan dalam kehidupannya;

(2) Membangun budaya sosial dan atau organisasi berdasarkan cinta altruistik (lawan dari sifat a-sosial atau egois),

sehingga antara pemimpin dan yang dipimpimpin memiliki rasa saling memperhatikan, peduli, menghargai dengan tulus, antar anggota merasa dipahami dan dihargai.

Berdasarkan konsep dan tugas kepemimpinan spiritual tersebut, dikembangkan sebuah model teoritik. “Spiritualitas kepemipinan membangun motivasi melalui vision (visi), hope/faith (harapan/keyakinan), dan altruis love (cinta altruistik)”.

Dari perspektif etika dan nilai-nilai, pemimpin hendaknya dapat melakukan tindakan yang berdampak pada pengembangan nilai-nilai pribadi, tim, dan organisasi.

Kepemimpinan yang bersifat melayani membuat tujuan utama kepemimpinan adalah menciptakan dampak positif pada karyawan dan masyarakat (memberi manfaat).

Kepemimpinan berbasis nilai akan mengartikulasikan visi masa depan dan kinerja mendasarkan atas “nilai-nilai” bawahan.

Proses kepemiminan yang demikian ituakan memberikan energi dan motivasi tinggi, komitmen, rasa percaya diri kepada tim.

Selain itu, kepemimpinan berbasis nilai juga dapat memberikan kontribusi positif pada visi, misi, dan pemimpin.

Kepemimpinan yang melayani menyatukan layananannya selaras dengan nilai-nilai dasar spiritual mereka dan orang lain yang dilayani termasuk rekan-rekan, organisasi, dan masyarakat.

Melayani dalam konteks ini berarti menemukan semangat batin untuk membantu orang lain, menjaga dan memelihara kepercayaan, serta mampu mendengarkan secara efektif.

Istilah yang instan dan sering digunakan yaitu “memberi sama dengan menerima”.

Hal ini sejalan dengan hukum ketertarikan (low of attraction) yaitu bahwa setiap individu memiliki getaran positif dan negative.

Bilamana seseorang memancarkan getaran positifnya (dalam berfikir, beremosi, bertindak positif)

ia akan mendapat respon balik yang positif pula dan bahkan berlipat ganda, demikian pula sebaliknya.

Konsep Kepemimpinan Spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah

Menurut (Covey, 2007) Pemimpin yang melayani juga menggambarkan tujuh kebiasaan positif yang meliputi:

1) berfokus pada prinsip terus belajar,

2) berorientasi pada pelayanan,

3) percaya pada orang lain,

4) memancarkan energi positif,

5) melihat kehidupan sebagai sebuah petualangan,

6) kehidupan yang seimbang, dan

7) melakukan pembaruan diri

Dengan demikian modelkepemimpinan spiritual memuat komponen nilai-nilai, sikap, yang mampu memotivasi diri dan orang lain secara intrinsic,

sehingga mereka memiliki rasa-spiritual sebagai panggilan dan sebagai anggota yang terlibat di dalamnya.

Berikut merupakan rincian model kepemimpinan spiritualitas yang dikembangkan Fry.

Vision (Visi) Altruistic love

(Cinta altruistik)

Altruistic love

(Cinta altruistik)

  • Memperlihatkan daya tarik pada stake holder
  • Mendefinisikan tujuan dan perjalanan menuju tujuan
  • Merefleksikan cita-cita yang tinggi
  • Mendorong harapan/ keyakinan pada standar keunggulan
  • Pemaaf
  • Kebaikan
  • Integritas
  • Empati/kasih sayang
  • Kejujuran
  • Kesabaran
  • Keberanian
  • Keyakinan
  • Loyalitas
  • Kerendahan hati
  • Ketekunan
  • Ketahanan
  • Melakukan apa yang diperlukanuntuk mencapai tujuan
  • Ekspektasi hadiah/kemenangan

Dengan demikian Kepala sekolah yang mengaplikasikan model tersebut diharapkan dapat:

1. menciptakan visi organisasi dimana anggotanya terpanggil untuk memiliki makna dan membuat perbedaan dalam kehidupan mereka;

2. membangun budaya sosial/organisasi berdasarkan cinta altruistik yaitu pemimpin dan anggotanya memberikan pelayanan yang tulus, perhatian,

dan penghargaan untuk diri dan orang lain, sehingga menghasilkan rasa keanggotaan, merasa dimengerti dan dihargai.

Dari ketiga model kepemimpinan spiritual tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Vision (Visi)

Visi merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu organisasi termasuk bagi sekolah.

Sehingga Visi yang dirumuskan harus mampu mendorong semua komponen organisasi berupaya mendekati dan mewujudkan masa depan yang diharapkan.

”Visi mengacu pada gambaran masa depan dengan beberapa pernyataan implisit maupun eksplisit tentang mengapa orang harus berusaha untuk menciptakan masa depan”

Pandangan jauh ke depan itulah yang dipunyai sang pemimpin.

Begitu ia kehilangan itu, maka kejadian-kejadian mulai memaksanya, ia tinggal namanya saja pemimpin. Ia tidak lagi memimpin,

Ia hanya bereaksi terhadap kejadian-kejadian di depan mata dan mungkin tidak akan lama menjadi pemimpin.

Visi memiliki tiga fungsi penting dalam memotivasi terjadinya perubahan yaitu:

(1) memperjelas arah umum perubahan,

(2) menyederhanakan ratusan bahkan ribuan keputusan,

(3) membantu dengan cepat dan efisien dalam mengkoordinasikan tindakan banyak orang yang berbeda.

Visi harus menyemangati orang, memberi makna bekerja, dan komitmen, menetapkan standar keunggulan, memobilisasi orang,

memiliki daya tarik yang besar, menentukan perjalanan menuju tujuan, mencerminkan cita-cita tinggi dan mendorong harapan dan keyakinan.

Konsep Kepemimpinan Spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah 

Dalam konteks pengertian visi tersebut, Maxwell (2005) mengkategorikan menjadi empat tingkatan tipe orang menurut visinya, yaitu:

1. Orang yang tidak memiliki visi (pengembara)

2. Orang yang memiliki visi, tetapi tidak mengejarnya sendiri (pengikut)

3. Orang yang memiliki visi dan mengejarnya (peraih prestasi)

4. Orang yang memiliki visi, mengejarnya dan membantu orang lain melihatnya (pemimpin).

Tipe orang pertama, ditandai dengan gejala yang menunjukkan perilaku umumnya suka bergosip. dan membicarakan hal-hal negatif orang lain atau kondisi yang terjadi, kurang responsif, kurang berempati.

Dan Tipe orang kedua ditandai dengan gejala yang menunjukkan perilaku suka berceritera tentang peristiwa yang mereka alami. berbicara tanpa isi, kurang bersemangat, dan sering mengeluh terhadap kegagalannya.

Tipe orang ketiga ditandai dengan gejala yang menunjukkan perilaku selalu bersemangat, proaktif, berpikir maju, optimis, dan selalu membicarakan masa depan.

Mereka akan selalu mencari jalan keluar dan peluang, jika menghadapi tantangan dan hambatan. Juga berfikir kreatif, belajar atas kesalahannya, menerima bantuan dari siapaun dalam bentuk apapun karena orang lain telah melihat visinya.

Mereka yang termasuk tipe orang ketiga ini cepat atau lambat akan naik menjadi pemimpin (tipe orang keempat).

2. Cinta altruistik 

Cinta altruistik merupakan suatu istilah yang sering digunakan secara sinonim dengan amal, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam bentuk kesetiaan

terhadap kerja tanpa syarat, tidak egois, setia, dan murah hati, perhatian, dan penghargaan untuk diri dan orang lain.

Dalam bidang psikologi orang yang altruis adalah yang sangat sosial, bahkan seringkali melupakan kebutuhan diriya sendiri.

Berkaitan dengan teori kepemimpinan spiritual, cinta altruistik didefinisikan sebagai rasa keutuhan, harmoni dan kesejahteraan. yang dihasilkan melalui perlindungan, perhatian, dan penghargaan pada diri dan orang lain.

Nilai yang mendasari cinta altruistik adalah kesabaran, kebaikan, pemaaf, kerendahan hati, pengendalian diri, kepercayaan, kesetiaan, dan kejujuran.

Seorang kepala sekolah yang melakukan kepemimpinan spiritual akan mengoperasionalkan nilai-nilai tersebut

dengan tindakan-tindakan pribadinya berorientasi pada sikap afirmasi (berpikiran dan beremosi positif) terhadap sesuatu yang ada.

Pandangan medis maupun psikologi positifistik telah mengkaji bahwa cinta altruistik memiliki kekuatan untuk mengatasi pengaruh terhadap 4 (empat) perilaku emosi destruktif.

Perilaku itu meliputi:

1. ketakutan: meliputi kecemasan, khawatir, dan kepihatinan;

2. kemarahan: meliputi permusuhan, kebencian, iri hati, dan kecemburuan;

3. rasa kegagalan: meliputi putus asa, suasana hati depresi, dan berbagai perasaan bersalah yang mengarah pada kehancuran diri ;

4. Kebanggaan: meliputi prasangka, keegoisan, dan kesombongan.

Hasil cinta altruistik dalam kelangsungan hidup spiritual pribadi antara lain berupa rasa sukacita, damai sejahtera, dan ketenangan.

3. Hope/faith (Pengharapan/Keyakinan)

Pengharapan adalah keinginan untuk terpenuhinya harapan. Keyakinan akan menambahkan kepastian untuk berharap.

Dengan demikian keyakinan adalah sesuatu yang tidak memiliki bukti empiris yang dapat menjelaskan. Keyakinan lebih dari sekedar berharap untuk sesuatu.

Hal ini didasarkan pada nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang menunjukkan kepastian yang mutlak dan percaya bahwa apa yang diinginkan dan diharapkan akan terjadi.

Orang dengan harapan/keyakinan akan memiliki visi dan mereka menunjukkan upaya dan bersedia menghadapi tantangan, siap menanggung kesulitan dan penderitaan untuk mencapai tujuan.

Kesimpulan 

Simpulannya adalah kepala sekolah yang menjalankan kepemimpinan spiritual, ia mempunyai visi yang jelas

yaitu mau dibawa kemana sekolah yang dipimpinnya kedepan dan ini membutuhkan kinerja dengan komitmen tingi.

Selanjutnya, tindakan-tindakan yang dilakukannya dalam pemberdayaan staf, guru, dan warga sekolah lain dilandasi atas cinta altruistik (melayani dengan tulus ikhlas)

dan keikhlasan melayani menjadireward (hadiah) bagi dirinya, serta dilandasi atas keyakinan dan pengharapan terwujudnya visi.

Dengan cara yang demikian pada gilirannya sekolah yang dipimpinnya akan secara berkelanjutan berkembang menjadi lebih baik dan mencapai visi yang ditetapkan bersama.

Demikian ulasan terkait Konsep Kepemimpinan Spiritual Wajib Dimiliki Kepala Sekolah, semoga bermanfaat.

Bagianda yang menginginkan artikel terbaru dari Bertema.com. silahkanklik pada Notify me of new post by email yang ada di bawahartikel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *