Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan

bertema.com – Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Pada setiap lini kehidupan, kita selalu dihadapkan pada yang namanya penilaian.

Mulai saat kita berada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Bahkan pada saat baru lahirpun kita sudah diberi nilai dengan predikat: Sehatkah bayinya?

Normalkah bayinya?

Dan sebagainya untuk mengetahui keadaan bayi yang baru lahir.

Dengan predikat sehat dan normal berarti seorang bayi yang baru lahir dinilai secara kualitatif.

Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia.

Menginjak usia balita penilaian secara kualitatif selalu diberikan oleh orang tua kepada putra-putrinya.

Misalnya memuji dengan kata-kat: bagus, pintar, berbeda dengan anak lainnya, tidak nakal, tidak rewel dan lain-lain.

Dengan kata-kata tersebut menunjukkan pada kita bahwa anak telah mendapatkan penilaian dari orang lain.

Pada usia sekolah, mulai dari PAUD sampai dengan SMA/SMK, dan bahkan di perguruan tinggi (PT) tidak terlepas dari penilaian.

Penilaian pada jenjang sekolah ini lebih kompleks dibandingkan yang diterima di keluarga maupun masyarakat.

Jika di keluarga dan masyarakat seseorang hanya memperoleh nilai kualitatif berupa predikat baik-buruk ataupun sukses-gagal.

Namun di sekolah seseorang akan memperoleh nilai kualitatif dan kuantitatif.

Justru porsi keberhasilan seseorang di sekolah lebih banyak ditentukan oleh nilai kuantitatif.

Nilai kuantitatif ini akan menentukan lulus tidaknya seseorang dari suatu lembaga pendidikan.

Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Penilaian tidak berakhir pada jenjang pendidikan di sekolah saja.

Dalam lingkungan pekerjaan seseorang masih dinilai kinerjanya.

Penilaian kinerja ini digunakan untuk memberikan reward ataupun punishment kepada karyawan.

Reward yang diberikan dapat berupa kenaikan gaji, kenaian pangkat bahkan sampai pada promosi jabatan.

Sedangkan punishment apabila seorang karyawan/pegawai melalaikan tugas dan tanggung jawabnya, misalnya berupa penundaan kenaikan pangkat.

Apakah setelah tidak bekerja atau pensiun seseorang telah lepas dari penilaian pihak lain? Tentunya tidak!

Orang lain tetap akan menilai meskipun seseorang telah pensiunan, tentunya dengan nilai kualitatif.

Misalnya setelah pensiun anda malahan kelihatan sehat, gemuk, dan sebagainya.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah penilaian itu? Mengapa perlu ada penilaian?

Apa kaitannya dengan UN, US, dan USBN? Berikut ini admin akan menjawab pertanyaan di atas.

Pengertian Penilaian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik baik menggunakan tes maupun nontes.

Proses pengumpulan dan pengolahan informasi dilakukan melalui jenis penilaian formatif maupun sumatif.

Pemberian nilai formatif dilakukan dengan cara memberikan ulangan harian. Ulangan harian ini bertujuan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan.

Hasilnya digunakan untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik.

Peserta didik yang memeperoleh nilai di bawah standar kompetensi diberikan perbaikan.

Sebaliknya peserta didik yang memperoleh nilai di atas standar kompetensi diberikan pengayaan.

Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Sedangkan penilaian sumatif diberikan melalui Ujian Nasional-UN, Ujian sekolah-US, maupun Ujian Sekolah Berstandar Nasional-USBN.

Tujuannya untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Hakikat UN, US dan USBN

Puncak dari penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan adalah dilaksanakannya ujian akhir.

Pada saat diberlakukannya kurikulum 1984 kita mengenal istilah Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) merupakan ujian sekolah.

Juga terdapat istilah Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) merupakan ujian nasional.

Keduanya mempunyai andil yang proporsional, bahkan nilai semester 5 ikut menetukan keberhasilan peserta didik.

Perubahan nama dari EBTANAS menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) terjadi pada tahun 2001-2004.

Pada saat itu keberhasilan peserta didik hanya ditentukan oleh hasil UAN-nya saja.

Peserta didik yang tidak lulus UAN utama dapat mengikuti UAN ulang. Standar kelulusan adalah nilai minimal untuk setiap mata pelajaran yang di-UAN-kan.

Pada era pelaksanaan UAN inilah mulai mendapat sorotan negatif dari masyarakat karena tidak adil.

Pasalnya UAN merupakan satu-satunya penentu kelulusan, pada hal mata pelajaran yang di-UAN-kan hanya Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris.

Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Sejak tahun 2005, istilah UAN diganti dengan UN-Ujian Nasional.

Perubahan nama ini pada hakikatnya tidak mempengaruhi makna dari Ujian itu sendiri.

Hal ini melengkapi persepsi masyarakat, bahwa ganti menteri aturan berubah.

Stadar kelulusanpun meningkat menjadi minimal 4,25 untuk setiap mata pelajaran.

Peserta didik dapat mengulang sesuai mata pelajaran yang nilainya di bawah 4,25.

Mulai tahun 2006 yang menjadi standar kelulusan selain nilai minimal juga menggunakan rerata nilai Ujian Nasional-UN.

Peserta yang tidak lulus Ujian Nasional tidak ada ujian ulang, dan disarankan mengikuti Ujian Persamaan paket B atau C.

Sedangkan pada tahun 2008 mata pelajaran yang di-UN-kan bertambah menjadi 4 mapel, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, dan IPA.

Baca juga: Kisi-kisi UN, USBN SMP, SMA, SMK tahun 2018

Ujian Nasonal seakan menjadi “momok” tidak hanya bagi peserta didik saja, melainkan juga guru dan orang tua.

Empat mata pelajaran yang diujikan secara nasional seakan-akan menjadi penentu masa depan peserta didik.

Guru-guru mata pelajarannya juga ikut terimbas menjadi guru penentu keberhasilan peserta didik.

Sehingga ada yang merasa khawatir, tetapi banyak juga yang merasa bangga dan cenderung tinggi hati.

Lain halnya dengan pihak sekolah atau bahkan pemerintah daerah, berupaya keras agar memperoleh nilai baik.

Dengan predikat nilai UN baik inilah dapat mengharumkan nama sekolah bahkan kabupaten/kota.

Oleh sebab itu terkadang untuk mencapai tujuan dengan mengabaikan nilai, norma dan etika yang terpenting dapat nilai memuaskan.

Sebetulnya ketidakjujuran pihak sekolah dapat tercium oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Maka kementerian mulai menyampaikan apa yang disebut dengan Indeks Integritas Ujian Nasional-IIUN.

IIUN ini digunakan untuk menilai tingkat kejujuran dan kecurangan yang terjadi pada level sekolah penyelenggara.

Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Guna meminimalisir tingkat kecurangan sekaligus mengefektifkan penyelenggaraan Ujian Nasional, maka mulai tahun 2014 dilaksankanlah UNBK.

UNBK adalah Ujian Nasional Berbasis Komputer.

Memang pada awal penyelenggaraannya muncul berbagai kendala, misalnya masalah sever, listrik, dan ketersediaan komputer.

Namun langkah ini dianggap mampu meminimlisisr kecurangan.

Lepas dari berbagai upaya memperbaiki sistem penyelenggaraan, selama ujian nasional menjadi penentu kelulusan, terjadilah ketidakadilan.

Bagaimana tidak? Jerih payah peserta didik selama tiga tahun hanya ditentukan oleh tiga atau empat mata pelajaran saja.

Para pemangku kebijakan lupa bahwa mata pelajaran lainnya juga menentukan masa depan peserta didik.

Dengan munculnya berbagai kritik bahkan penolakan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional, pemerintah mulai memperbaiki criteria kelulusan.

Ujian Nasional-UN bukan satu-satunya penentu kelulusan. Bahkan pada tahun 2017 Ujian Nasional sudah tidak menjadi penentu kelulusan.

Lalu apa manfaat masih diselenggrakannya Ujian Nasional?

Perubahan paradigma pelaksanaan Ujian Nasional bukan lagi penentu kelulusan.

Sekarang nilai Ujian Nasional digunkan oleh pemerintah sebagai alat untuk memetakan mutu pendidikan di Indonesia.

Hasil pemetaan ini digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan pendidikan di suatu daerah.

Kriteria kelulusan sepenuhnya diserahkan kepada sekolah penyelenggara dengan memperhitungkan Ujian Sekolah-US.

Yang mana mata pelajaran Ujian Sekolah adalah seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Selain nilai Ujian Teori juga dipertimbangkan nilai Ujian Praktik, sehingga dalam hal ini memungkinkan semua anak dapat lulus.

Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Kelemahan nilai ujian nasional tidak menjadi penentu kelulusan adalah motivasi belajar siswa menjadi berkurang.

Hal ini terlihat jelas bagi sekolah pinggiran yang mana anak tidak berkeinginan melanjutkan sekolah.

Menyikapi hal itu pemerintah mulai melakukan perbaikan dengan adanya Ujian Sekolah Berstandar Nasional-USBN.

Semula USBN diberlakukan di Sekolah Dasar, namun selanjutnya merambah ke Sekolah Menengah.

Meskipun penentu kelulusan dari satuan pendidikan adalah sekolah, namun pemerintah tetap memantau melalui pemetaan mutu pendidikan.

Upaya yang dilakukan pemerintah dengan memperbaiki penyelenggaraannya.

Salah satunya adalah dengan dibelakukannya Ujian Nasional Berbasis Komputer-UNBK.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dalam penyelenggaraan Ujian Nasional yang telah dilakukan oleh pemerintah.

Upaya tersebut dilakukan semata-mata untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Pendidikan yang bermutu niscaya akan menghasilkan generasi muda yang berprestasi, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.

Akhirnya bangsa kita akan mampu bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi ini.

Demikianlah yang dapat admin uraikan terkait bagaimana Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Semoga bermanfaat.

4 Replies to “Memaknai Hakikat UN US USBN bagi Perkembangan Pendidikan

  1. N. Mimin Rukmini says:

    Tulisan bermanfaat. Moga ujian UN+UNBK sukses tanpa ekses. Trims.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *