Bertema.com – Panduan Gerakan Literasi Sekolah
Peradaban terus berjalan melampaui batas-batas yang dibayangkan. Tanpa teks dan buku, manusia akan kehilangan sejarahnya.
Dan kini, tradisi membaca dan menulis belum menjadi habit; tergeser dari derasnya arus budaya audivisual yang memanjakan manusia.
Tak ayal, tontonan televisi dan media online lebih digemari anak-anak muda, termasuk di da-lamnya para peserta didik.
Fenomena ini tak lantas membuat kita berhenti mengkampanyekan penumbuhan dan pembudayaan membaca dan menulis di lingkungan sekolah.
Buku Manual Pendukung Pelaksanan Gerakan Literasi Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu upaya strategis dan sistematis untuk membuat peserta didik mencintai budaya literasi.
Ada sepuluh langkah sederhana yang dihadirkan dan semoga mudah diimplementasikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
1. Pembentukan Tim Literasi Sekolah di SMP
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolah menyisih-kan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti.
Meskipun begitu, banyak referensi menegaskan bahwa program membaca bebas tidak cukup hanya sekadar menyediakan waktu tertentu (misalnya lima belas menit setiap hari) bagi peserta didik untuk membaca.
Agar program membaca bebas dapat berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip kegiatan membaca bebas dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan program (Pilgreen, 2000).
Di sinilah pentingnya dilakukan pelatihan staf (guru dan tenaga kependidikan) yang akan menjadi Tim Literasi Sekolah (TLS).
Tujuan dari pelatihan staf untuk pem bentukan TLS adalah untuk membantu para guru:
a. membuat dan menyepakati petunjuk praktis pelaksanaan program membaca di tingkat sekolah;
b. menjalankan peran mereka sebagai fasilitator yang mem-bantu peserta didik agar terhubung secara emosi dan pikiran dengan buku.
2. Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
Buku sebagai sumber ilmu, merupakan salah satu aspek yang tidak bisa terlepas dari dunia pendidikan.
Kelemahan peserta didik saat ini adalah kemampuan menganalisis data, baik berupa data uraian kalimat maupun data berupa angka.
Padahal menurut kajian kemampuan penting yang diperlukan pada percepatan arus informasi seperti saat ini adalah kemampuan berpikir kritis (critical thinking),
termasuk cara menganalisis informasi yang diterima untuk kemudian diolah dan disampaikan kembali.
Dengan kata lain, kemampuan membaca kritis dalam kegiatan literasi menjadi hal yang paling mendasar dan perlu ditanamkan bagi anak didik di sekolah.
Panduan Gerakan Literasi Sekolah
Literasi menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari pendidikan karena menjadi sarana untuk mengenal,
memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di ling kungan sekolah ataupun di rumah.
Oleh sebab itu, pembiasaan membaca di rumah ini diharapkan dapat dibangun hubungan komunikasi yang lebih baik di dalam keluarga sebagai upaya pengembangan budaya literasi di rumah.
Beberapa tujuan pembelajaran literasi melalui pembiasaan membaca di rumah antara lain:
a. meningkatkan rasa cinta membaca di lingkungan keluarga;
b. meningkatkan kemampuan memahami bacaan dan berpikir kritis;
c. meningkatkan kemampuan menganalisis dan kemampuan verbal dalam mengulas informasi yang telah didapat dari bacaan;
d. mempererat ikatan dan hubungan personal dalam keluarga inti;
e. menciptakan budaya literasi di lingkungan keluarga yang diharapkan akan membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi peserta didik;
f. mengembangkan kearifan lokal, nasional, dan global.
3. Kurikulum Wajib Baca di SMP
Membaca memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik.
Sayangnya, sampai saat ini prestasi literasi membaca pe-serta didik di Indo nesia masih rendah, berada di bawah rata-rata skor internasional.
Rendahnya literasi membaca tersebut akan berpengaruh pada daya saing bangsa dalam persaingan global.
Kemampuan literasi sangat penting untuk keberhasilan individu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan global pada masa depan.
Hal ini memberikan penguatan bahwa kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia.
Tujuan kurikulum wajib baca adalah sebagai berikut:
a) membentuk budi pekerti luhur;
b) mengembangkan rasa cinta membaca;
c) merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah;
d) menambah pengetahuan dan pengalaman;
e) meningkatkan intelektual;
f ) meningkatkan kreativitas;
g) meningkatkan kemampuan literasi tinggi.
4. Pembelajaran Berbasis Literasi dalam Mata Pelajaran
Penekanan pembelajaran literasi pada membaca dan menulis lebih banyak dite-rapkan di Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs).
Pembelajaran literasi yang memuat pembelajaran membaca dan menulis, pada dasarnya membutuhkan kemampuan peserta didik dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi.
Pernyataan ini mengacu pada pengertian kemampuan literasi adalah kemampuan informasi.
Artinya, kemampuan sese orang menguasai informasi yang berkembang dengan sangat cepat, mulai dari mengakses, memahami, sampai menggunakannya secara cerdas.
Seseorang dikatakan sudah belajar bila dia sudah menguasai informasi yang diinginkannya.
Kegiatan atau proses penguasaan informasi terjadi pula pada peserta didik di sekolah.
Mereka dikatakan belajar apabila mereka telah menguasai sejumlah informasi yang berupa ilmu pengetahuan.
Bermacam-macam pengetahuan yang dimaksudkan terdapat dalam sejumlah nama mata pelajaran.
Oleh karena itu, peserta didik dikatakan mampu menguasai informasi (sudah berliterasi) apabila mereka telah menguasai sejumlah mata pelajaran.
Sebaliknya, dalam rangka menguasai sejumlah mata pelajaran diperlukan kemampuan literasi.
5. Tabel Tahu-Ingin-Pelajari (T-I-P)
Tabel T-I-P merupakan strategi untuk membantu pemahaman teks dengan cara mengaktifkan pengetahuan latar belakang, bertanya, dan menentukan hal yang penting.
Sehingga Tabel T-I-P dapat digunakan di semua mata pelajaran di mana teks non-fiksi atau ekspositori menjadi bahan pembelajaran.
Tabel T-I-P mampu menuntun proses berpikir peserta didik ketika mulai mem-baca dan melibatkan mereka dalam setiap langkah proses membaca.
Peserta didik memulainya dengan mengidentifikasi apa yang sudah mereka ketahui tentang topik dalam bahan bacaan yang akan dibahas,
apa yang ingin mereka ketahui, dan kemudian, setelah membaca materi, apa yang sudah mereka pelajari dari bahan yang baru saja di baca.
Strategi ini mengajak peserta didik untuk mengungkap pengetahuan mereka sebelumnya,
berguna untuk menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas, menentukan tujuan membaca, serta mengevaluasi pembelajaran masing-masing.
6. Membaca Dalam Hati
Membaca bebas dalam hati adalah sebuah strategi yang melibatkan semua peserta didik dan staf sekolah untuk membaca buku atau bahan bacaan sesuai minat baca dan keinginan mereka.
Kegiatan membaca ini dilakukan dalam waktu tertentu se-cara berkala. Membaca dalam hati dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah.
Di negara lain, kegiatan membaca dalam hati dikenal dengan istilah-istilah Sustained Silent Reading (SSR), Free Voluntary Reading (FVR), atau Drop Everything and Read (DEAR).
Apapun nama yang digunakan, prinsipnya adalah tersedianya waktu tertentu secara berkala untuk membaca secara menyenangkan.
Membaca adalah satu-satunya cara untuk membuat kita menjadi pembaca yang baik, mengembangkan kemampuan menulis, memperkaya kosakata, dan menjadi orang yang berbahasa dengan baik dan benar.
7. Mari Bertanya tentang Buku
Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan tentang buku yang di baca peserta didik.
Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang bisa diberikan.
a. Apakah kamu menikmati cerita dalam buku itu? Mengapa?
b. Mengapa kamu memilih buku itu?
c. Siapa saja tokoh cerita dalam buku itu?
(1) Tokoh mana yang paling kamu sukai?
(2) Bagaimana ciri-ciri tokoh tersebut?
d. Apa yang tidak kamu sukai dari cerita dalam buku itu?
e. Andaikata kamu penulis cerita tersebut, bagaimana kamu akan mengakhiri cerita itu?
f. Adakah kata-kata sulit yang kamu temukan di buku cerita itu? Bagaimana caramu menemukan maknanya?
g. Coba ceritakan kembali isi cerita tersebut!
8. Jurnal Membaca Harian
Jurnal membaca harian adalah instrumen berupa tabel rekaman capaian mem-baca peserta didik yang dilakukan lima belas menit setiap hari.
Dalam Jurnal membaca dapat berupa buku, kartu, atau selembar kertas di dalam portofolio kegiatan membaca.
Jurnal membaca harian merekam judul buku, nama pengarang/penulis, genre, jumlah halaman yang dibaca, serta informasi lain yang dikehendaki.
9. Tiga Langkah Membaca Buku Fiksi
Sebelum Membaca
a. Berdasarkan judul dan gambar-gambar di buku, kira-kira cerita tersebut ten-tang apa?
b. Apakah cerita ini nyata atau fantasi? Dari mana saya tahu?
c. Bila teks ini nyata, pengetahuan atau manfaat apa yang akan saya dapatkan?
d. Apa yang dibutuhkan atau diinginkan tokoh cerita?
e. Mengapa saya ingin membaca cerita ini?
f. Bagaimana saya bisa menggambarkan latar cerita?
Saat Membaca
a. Apa yang akan terjadi di dalam cerita ini?
b. Bagaimana perasaan saya tentang tokoh utama?
c. Mengapa tokoh cerita bersikap atau berperilaku seperi itu?
d. Apakah cerita atau teks ini masuk akal?
f. Bagaimana kira-kira akhir cerita ini?
g. Apakah cerita ini mengingatkan saya pada hidup saya sendiri atau orang lain?
Setelah Membaca
a. Bagaimana cerita ini mempengaruhi perasaan saya?
b. Apa yang saya sukai atau tidak sukai dari cerita ini?
c. Bagian mana dalam cerita ini yang menurut saya penting?
d. Apakah perasaan saya tentang tokoh cerita berubah di akhir cerita?
f. Adakah perubahan perasaan atau perilaku tokoh-tokoh cerita di akhir cerita?
g. Apa pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca seperti saya?
Panduan Gerakan Literasi Sekolah
10. Tiga Langkah Membaca Buku Nonfiksi
Sebelum Membaca
a. Berdasarkan judul dan gambar-gambar di buku, kira-kira isi buku ini tentang apa?
b. Apakah isi buku ini faktual/nyata? Darimana saya tahu?
c. Apabila isi buku ini nyata, pengetahuan atau manfaat apa yang akan saya dapatkan?
d. Mengapa saya ingin membaca buku ini?
e. Bagaimana saya bisa menggambarkan garis besar isi buku ini?
Saat Membaca
a. Bagian apa sajakah yang akan dibahas di dalam buku ini?
b. Bagaimana bagian-bagian buku akan dibahas?
c. Apakah data dan informasi pendukung tersedia dengan memadai?
d. Bagaimana saya memahami setiap bagian di dalam buku?
e. Apakah bahasan pada setiap bagian masuk akal?
f. Bagaimana kira-kira ringkasan atau simpulan buku ini?
Setelah Membaca
a. Bagaimana buku ini mempengaruhi pikiran atau pemahaman saya?
b. Apa yang saya sukai atau tidak sukai dari buku ini?
c. Bagian mana dalam buku ini yang menurut saya penting?
d. Bagian mana dalam buku ini yang pernah dibahas di buku lain?
e. Apakah bagian simpulan telah mencakup keseluruhan isi buku?
f. Apakah kritik dan saran yang saya kemukakan terhadap buku ini?
g. Apa maksud yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca seperti saya?
Baca juga:
1. Pembentukan Tim Literasi Sekolah
2. Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
3. Strategi Pembelajaran Tahu-Ingin-Pelajari TIP
4. Contoh Kegiatan Wajib Baca Pengembangan Literasi
Demikian informasi Panduan Gerakan Literasi Sekolah, semoga bermanfaat.