Bertema.com – Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolah menyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti.
Meskipun begitu, banyak referensi menegaskan bahwa program membaca bebas tidak cukup hanya sekadar menyediakan waktu tertentu (misalnya lima belas menit setiap hari) bagi peserta didik untuk membaca.
Agar program membaca bebas dapat berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi
dan pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip kegiatan membaca bebas dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan program.
Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
Salah satu alasan penguatan budaya literasi dengan pembiasaan membaca di rumah adalah pandangan dari perspektif perkembangan kognitif menurut teori Piaget.
Dikatakan bahwa pada usia remaja (12–17 tahun) seorang anak telah men-capai kemampuan berpikir logis dari berbagai gagasan yang abstrak.
Usia SMP/MTs juga disebut sebagai usia seseorang mengalami perkembangan penalaran moral (moral development),
yang berkaitan dengan konvensi atau aturan tak tertulis yang harus dilakukan dalam berinteraksi dengan dengan orang lain.
Hal lain yang menonjol dalam usia remaja adalah berkurangnya durasi waktu untuk ber-interaksi dengan orang tua dan lebih banyak menggunakan waktunya untuk ber-interaksi dengan dunia luas.
Oleh sebab itu, pembiasaan membaca di rumah ini diharapkan dapat dibangun hubungan komunikasi yang lebih baik di dalam keluarga sebagai upaya pengembangan budaya literasi di rumah.
Kelemahan peserta didik saat ini adalah kemampuan menganalisis data, baik berupa data uraian kalimat maupun data berupa angka.
Padahal menurut kajian Wagner (2008) kemampuan penting yang diperlukan pada percepatan arus informasi seperti saat ini
adalah kemampuan berpikir kritis (critical thinking), termasuk cara menganalisis informasi yang diterima untuk kemudian diolah dan disampaikan kembali.
Dengan kata lain, kemampuan membaca kritis dalam kegi atan literasi menjadi hal yang paling mendasar dan perlu ditanamkan bagi anak didik di sekolah, terutama peserta didik Sekolah Menengah Pertama.
Literasi menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari pendidikan karena menjadi sarana untuk mengenal, memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di ling kungan sekolah ataupun di rumah.
Tujuan Pembelajaran Pembiasaan Membaca di Rumah
Beberapa tujuan pembelajaran literasi melalui pembiasaan membaca di rumah antara lain:
a. meningkatkan rasa cinta membaca di lingkungan keluarga;
b. meningkatkan kemampuan memahami bacaan dan berpikir kritis;
c. meningkatkan kemampuan menganalisis dan kemampuan verbal dalam meng-ulas informasi yang telah didapat dari bacaan;
d. mempererat ikatan dan hubungan personal dalam keluarga inti;
e. menciptakan budaya literasi di lingkungan keluarga yang diharapkan akan membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi peserta didik SMP;
f. mengembangkan kearifan lokal, nasional, dan global.
Sasaran Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
Yang menjadi Sasaran dari program Pembelajaran Literasi melalui Pembiasaan Membaca di Rumah ini adalah para peserta didik Sekolah Menengah Pertama.
Pada usia ini, kemampuan berpikir kritis anak makin terasah dengan baik.
Selain itu kebiasaan yang telah mengakar dengan baik pada usia ini akan meningkatkan kemampuan anak di tingkat pendidikan yang lebih tinggi di kemudian hari.
Pelaksanan Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengupayakan adanya kegiatan pembiasaan membaca yang komprehensif
yang melibatkan semua aspek dalam ekosistem pendidikan untuk mening-katkan minat baca dan kemampuan memahami bacaan.
Unsur-unsur tersebut antara lain guru, peserta didik, dan keluarga (Wiedarti, 2016).
Manual atau Petunjuk Praktis ini diharapkan memberikan arahan bagi pengembangan dan sosialisasi pembudayaan literasi di tengah keluarga,
utamanya bagi mereka yang memiliki anak yang menjadi peserta didik di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Contoh Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
Proses pembiasaan budaya membaca di rumah atau literasi dalam ke luarga dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran.
Berikut ini adalah alternatif contoh pelaksanaannya.
1. Tahap Pembiasaan
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:
A. Menjadikan orang tua sebagai teladan (pemodelan)
Kebiasaan orang tua membaca di rumah, baik membaca koran, majalah, buku, bahkan panduan manual alat elektronik di hadapan anak, mampu membe-rikan pengaruh positif terhadap anak.
B. Mengondisikan lingkungan fisik yang ramah literasi
Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan sudut baca atau rak buku yang mudah diakses oleh anak, memajang beberapa dekorasi yang bersifat memotivasi anak untuk membaca,
dan/atau dapat juga dengan jalan memajang hasil karya anak yang dikerjakan di sekolah atau di rumah, di kamar mereka, atau ruang keluarga.
C. Mengupayakan lingkungan sosial di rumah yang efektif dan komunikatif
Pola interaksi untuk saling menceritakan hal-hal yang telah dialami di luar rumah atau mendiskusikan hasil informasi
dari bacaaan yang dibaca di rumah dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif untuk pembiasaan budaya literasi di dalam keluarga.
D. Pembiasaan membaca minimal 15 menit setiap hari
Hal ini dapat dilakukan dengan bacaan apapun, yang bersifat “santai”.
Bacaan tersebut dapat berasal dari media cetak berupa majalah, komik bergambar, selebaran iklan, koran, brosur, petunjuk penggunaan alat teknologi elektronik/digital, dan lain-lain.
Hal yang cukup penting adalah pemberian contoh atau suri tauladan oleh orang tua atau saudara di rumah sehingga anak terbiasa dengan kegiatan membaca.
Ada baiknya pelaksanaan membaca bersama dapat dijadwalkan, misalnya sebelum makan malam, dengan mengambil tempat yang nyaman untuk orang tua dan anak.
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan komunikasi yang baik melalui saling bertanya atau bercerita.
Pembiasaan dapat juga dibangun dengan membaca atau membacakan cerita sebelum tidur sehingga imajinasi dapat berkembang bersama asa dan impian mereka.
2. Tahap Pengembangan
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah:
A. Membuat kartu catatan bacaan
Apabila anak sudah terbiasa dengan pembiasaan membaca minimal lima belas me nit setiap hari di rumah,
langkah berikutnya dapat diikuti dengan pencatatan informasi yang telah didapat dari bahan bacaannya dalam sebuah kartu.
Kartu ini ber isi kolom-kolom yang mencantumkan tanggal dan komentar pribadi terhadap informasi dari sumber bacaan yang telah dibacanya.
Contoh kartu catatan bacaan:
Keterangan:
1. kolom 1 untuk menuliskan hari, tanggal, dan bahan bacaan yang dibaca.
2. kolom 2 untuk mencatat komentar pribadi terhadap bacaan yang telah dibaca, bisa berupa batasan halaman. 2 baris terakhir menunjukkan bahwa 1 buah buku tidak harus selesai dalam 1 hari, akan tetapi bisa dilanjutkan esok harinya.
3. kolom 3 untuk menghitung jumlah hari yang telah dilalui untuk membaca. Jika pada suatu kesempatan melewatkan hari tanpa membaca, maka tidak perlu mengisi lembar catatan ini.
B. Membuat Survei hasil bacaan
Usaha ini dilakukan untuk mengecek tingkat minat baca anak terhadap bahan bacaan yang sudah tersedia di rumah.
Dari hasil survei ini, bisa dijadikan bahan diskusi untuk menjalin komunikasi antara orang tua dan anak, kakak dengan adik, dan seterusnya.
Contoh survei hasil bacaan, dengan membuat daftar pertanyaan berikut.
C. Pemberian Penghargaan
Pada tahap ini, pemberian penghargaan atas prestasi membaca oleh orang tua dapat memacu motivasi anak untuk semakin giat membaca.
Setiap menyelesaikan kelipatan jumlah hari 25, 50, 100 (atau bisa dinegosiasikan dengan anak) untuk membaca secara rutin dengan durasi waktu tertentu,
bisa diberikan hadiah buku impiannya dengan sedikit tulisan dan pesan orang tua pada buku tersebut, bisa juga hadiah lain sebagai hadiah kejutan.
Bentuk penghargaan yang lain bisa berupa stiker atau pin. Bahkan bisa juga diupayakan kerja sama dengan guru
untuk memberikan “piagam prestasi membaca” (reading award) yang ditandata ngani orang tua/wali dan guru.
Yang terakhir ini ber bekal kejujuran dan kepercayaan yang perlu diceksilangkan dengan penguasaan terhadap apa yang telah dibaca.
Contoh Piagam Prestasi Membaca:
Piagam tersebut dapat dimodifikasi dan dapat dibuat dengan ilustrasi dan desain grafis yang lebih menarik.
Tahap Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
A. Daftar Pertanyaan Pemahaman Bacaan
Apabila anak telah menikmati kebiasaan membaca di rumah dengan keluarga, maka tingkat pemahaman bacaan perlu ditingkatkan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang melatih daya analisis dan berprikir kritis terhadap informasi yang diterimanya.
Buku-buku pun diarahkan untuk buku-buku yang terkait dengan pelajaran dan dapat membantunya menumbuhkembangkan budi pekerti dan meluaskan pengetahuan.
Daftar pertanyaan untuk tahap pembelajaran:
1. Apakah akhir cerita dari kisah tersebut sesuai dengan harapanmu?
2. Apakah kamu menikmati membaca buku tersebut?
3. Siapakah karakter yang paling penting dalam kisah tersebut?
4. Apakah kamu akan membaca buku itu lagi? Mengapa?
5. Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk membaca buku tersebut?
6. Apakah kamu akan membaca buku-buku lain yang ditulis oleh pengarang buku tersebut?
7. Ceritakan kembali isi cerita yang telah kamu baca!
8. Adakah isi buku tersebut yang dapat kamu gunakan untuk mengembangkan materi pelajaran di sekolah?
B. Pengujian pemahaman isi bacaan dalam tahap pembelajaran juga bisa diukur dengan skala berikut:
Baca juga:
1. Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah
2. Strategi Pembelajaran Tahu-Ingin-Pelajari TIP
3. Pembentukan Tim Literasi Sekolah
4. Contoh Kegiatan Wajib Baca Gerakan Literasi
Demikian informasi Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah, semoga bermanfaat.