Bertema.com- Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills.
Konsep ujian sekolah yang akan diselenggarakan pada tahun 2018 untuk jenjang SMP dan SMA/SMK berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Karena kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menghapus pelaksanaan Ujian Sekolah dan digantikan dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Kalau tahun sebelumnya USBN hanya untuk beberapa mata pelajaran, mulai tahun 2018 ini semua mata pelajaran diujikan melalui USBN.
Pada tahun yang lalu peserta didik tingkat akhir mengikuti tiga kali ujian yaitu US, USBN dan UN.
Sekarang hanya dua kali yaitu USBN dan UN.
Hasil nilai USBN digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Sedangkan nilai UN tidak menentukan kelulusan, melainkan digunakan oleh pemerintah untuk memetakan standar mutu.
Nilai UN bagi peserta didik digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dengan adanya perubahan konsep ujian ini pasti ada sebagian masyarakat yang berpikir bahwa program ini merupakan produk menteri pendidikan yang baru.
Masyarakat sudah tidak heran, karena setiap terjadi pergantian pejabat pasti memunculkan aturan baru.
Namun sebagian masyarakat lainnya pasti merespon kebijakan ini secara positif, yang tentunya dalam rangka perbaikan mutu pendidiakan di Indonesia.
Terlepas dari apa yang diperdebatkan oleh masyarakat luas, diselenggarakannya USBN untuk semua mata pelajaran memiliki makna yang strategis.
Karena USBN menjadi satu-satunya alat ukur yang diunakan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa UN sudah tidak lagi menjadi penentu kelulusan setelah mendapat tentangan dari berbagai pihak.
Berawal dari momen inilah maka sekolah diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan penilaian akhir satuan pendidikan.
Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills
Dalam rangka menjaga mutu dalam pelaksanaan USBN, maka pemerintah masih berkewajiban untuk melakukan pengendalian mutu.
Karena USBN ini merupakan ujian yang berstandar nasional, untuk kisi-kisi penyusunan soalnya masih disusun oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain kisi-kisi, pusat juga menyusun soal sebanyak 20-25% dari keselruhan jumlah soal sebagai soal anchor.
Dalam pelaksanaannya USBN terdiri atas dua bentuk soal yaitu pilihan ganda dan uraian.
Bentuk soal pilihan ganda sebesar 90%, dan sisanya 10% berbentuk uraian.
Sedangkan nilai USBN derada pada rentan 0 – 100.
Baca juga: Panduan Penyusunan Soal USBN
Penyusunan soal USBN diserahkan kepada guru mata pelajaran terkait melalui forum KKG maupun MGMP.
Peran guru dalam membuat soal USBN bisa menjadi acuan atau tolok ukur dalam melakukan pemetaan terhadap kemampuan guru oleh kementerian Pendidikan.
Melalui kegiatan USBN ini diharapkan guru mampu menyusun soal yang bermutu.
Soal yang dibuat harus memenuhi kriteria dan standar dalam penulisannya.
Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills.
Pertanyaannya adalah bagaimanakah cara menyusun soal bermutu yang sesuai dengan kriteria dan standar penulisan soal?
Dalam implementasi kurikulum 2013 peserta didik diperkaya dengan kebutuhan terkait berpikir kritis dan analitis.
Oleh karena itu penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills).
Melalui berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Sudahkah para guru menyusun soal dengan Higher Order Thinking Skills?
Pasti sudah, hanya saja mungkin belum tahu bahwa soal yang pernah dibuatnya mengandung Higher Order Thinking Skills.
Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills
Soal-soal Higher Order Thinking Skills merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Soal-soal Higher Order Thinking Skills pada konteks asesmen mengukur berbagai kemampuan.
Petama, transfer satu konsep ke konsep lainnya.
Kedua, memproses dan menerapkan informasi.
Ketiga, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda.
Keempat, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
Kelima, menelaah ide dan informasi secara kritis.
Soal Higher Order Thinking Skills mengukur dimensi metakognitif yaitu kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving).
Mampu memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Soal Higher Order Thinking Skills berbeda dengan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Kita sering menemukan soal yang diawali dengan prawacana, ilustrasi, gambar, tabel atau diagram inilah yang disebut dengan stimulus.
Bentuk soal yang diawali dengan stimulus ini merupakan soal Higher Order Thinking Skills.
Stimulus yang disajikan pada awal sebuah pertanyaan harus menarik, informatif dan kontekstual, karena stimulus menjadi dasar pembuatan soal.
Kompetensi dan kreatifitas seorang guru akan menentukan kualitas stimulus dalam menyusun soal Higher Order Thinking Skills.
Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti USBN bentuk soal Higher Order Thinking Skills yang disarankan cukup dua saja, yaitu bentuk pilihan ganda dan uraian.
Karena kedua bentuk soal ini memungkinkan untuk dilakukan penskorang dengan cepat sehingga hasilnya dapat segera diumumkan.
Pada saat menyusun soal Higher Order Thinking Skills harus berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual.
Sehingga peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah.
Melalui soal Higher Order Thinking Skills, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan.
Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills
Berikut ciri-ciri asesmen kontekstual berbasis pada asesmen autentik.
Pertama, peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang tersedia.
Kedua, tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata.
Ketiga, tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih melalui proses pembelajaran di dalam kelas.
Agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
Berawal dari pembelajaran di dalam kelas inilah peserta didik mulai mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills.
Dengan demikian peserta didik akan terbiasa manakala harus menghadapi soal Higher Order Thinking Skills.
Dalam penyusunan soalnya dapat menggunakan berbagai bentuk, misalnya pilihan ganda, uraian, benar-salah, melengkapi maupun jawaban singkat.
Tentunya guru harus lebih kreatif dalam pemberian stimulusnya.
Ranah Kognitif Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan perubahan yaitu Taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom sendiri dan yang telah direvisi oleh Andreson dan KartWohl.
Pada dasarnya Bloom menyampaikan enam tingkatan dalam ranah kognitif/berpikir.
Keenam tingkatan itu terdiri atas pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
Keenam dimensi proses berpikir tersebut kemudian dibedakan menjadi tiga tingkatan.
Pertama, Lower Order Tinking Skills terdiri atas C1.
Kedua, Midle Order Thinking Skills terdiri atas C2 dan C3.
Ketiga, Higher Order Thinking Skills meliputi C4, C5, dan C6.
Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills.
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal Higher Order Thinking Skills adalah penetapan kata kerja operasional (KKO).
Kata kerja pada level kognitif analisis antara lain membandingkan, memeriksa, mengkritisi, dan menguji.
Pada level sintesis terdiri atas evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung.
Sedangkan pada level evaluasi meliputi mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, memformulasikan.
Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills
Terkadang terjadi perbedaan penafsiran ranah kata kerja operasional yang dilakukan oleh guru dalam penulisan soal.
Untuk meminimalisir perbedaan penafsiran KKO, maka Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) mengklaisifikasikan level kognitif menjadi tiga.
Pertama, pengetahuan dan pemahaman (level 1).
Kedua, aplikasi (level 2). Ketiga, penalaran (level 3).
Pada level pertama, mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural.
Contoh KKO yang sering digunakan antara lain menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar, dan menyatakan.
Soal yang termasuk kategori sukar pada level ini tidak termasuk soal Higher Order Thinking Skills karena hanya mengukur pengetahuan.
Adapun ciri soal pada level kedua mengukur kemampuan dalam menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural.
Selain itu juga mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual.
KKO yang sering digunakan pada level kedua antara lain menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, dan membuktikan.
Sedangkan pada level ketiga peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran.
Dengan demikian peserta didik akan terbiasa untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata).
Di dalam menyusun soal Higher Order Thinking Skills, guru harus memperhatikan langkah-langkah berikut.
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal Higher Order Thinking Skills
Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua Kompetensi dasar (KD) dapat dibuat model soal Higher Order Thinking Skills.
Kegiatan in dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui KKG atau MGMP.
Menyusun kisi-kisi soal
Tujuan penulisan kisi-kisi adalah untuk membantu para guru dalam menulis butir soal Higher Order Thinking Skills.
Karena kisi-kisi menjadi panduan guru dalam memilih KD yang dapat dibuat soal-soal sampai dengan menentukan level kognitif.
Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang menarik umumnya baru, sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan guru dalam menemukan stimulus merupakan indikator yang bermutu.
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan yang disusun sama dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada aspek materi.
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Pedoman penskoran dan kunci jawaban disusun untuk mempermudah dalam pengkoreksian.
Bagi anda yang membutuhkan modul penyusunan soal Higher Order Thinking Skills dapat mengunduhnya melalui tautan ini.
Demikianlah Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills, semoga bermanfaat.